Selasa, 12 Agustus 2008

Mazhab Cinta 

Pada awal perkembangan Islam, sebelum dan setelah Nabi Muhammad s.a.w wafat, hubungan antara manusia dangan Sang Khalik berorientasi pada cinta, bukan berorientasi pada rasa takut. 

Di abad modern ini umat muslim sudah lupa pada sisi spritual cinta kepada Sang Khalik, tidak lagi berorientasi pada cinta kepada Sang Kahlik, namun berorientasi hanya pada nomos (syariah dalam arti sempit, hukum) dan kering dari orientasi cinta (eros/hubb).

Al Quran menegaskan hubungan cinta antara Allah Sang Pencipta ( Al Wadud) dan manusia, dapat dilihat di surah Al Maidah 5:54 dan surah Al baqarah 2: 165, 216. Bahkan menurut penelitian aspek kedahsyatan yang menggentarkan (Jalal) lebih sedikit dibandingkan dengan aspek keindahan yang memesonakan (jamal) dalam al asma al Husna (99 sifat Allah), seperti Maha Pengasih (Al Rahman); Maha Penyayang ( Al Rahim), Maha Pencinta (Al Wadud);, Maha Pemaaf (Al Ghafur);,Maha Penyabar ( Al Shabur);, Maha Lembut ( Al Lathif);, dan seterusnya. 

Di dalam Al Quran terdapat 5 kali lebih banyak ayat yang mengandung nama Jamaliyyah ketimbang Jalaliyyah. Contohnya : Kata-kata Al Rahman dan Al Rahim dipergunakan sebanyak 124 kali sedangkan kata-kata ghadhab (murka) dan bentuknya terdapat hanya 7 kali dalam Al Quran.
Artinya Allah SWT menampilkan dirinya (dan tak ada yang dapat menampilkan Allah kecuali diri-Nya sendiri) sebagai Zat yang indah dan memesona serta menimbulkan cinta kasih, ketimbang suatu misteri yang dahsyat yang menggentarkan.

Dalam hadis Qudsi, Allah SWT berfirman : " Sesungguhnya kasih sayangKu mendahului kemurkaan-Ku". Sejalan dengan itu Nabi Muhammad SAW mengabarkan," Allah memiliki seratus rahmat. (Hanya) satu yang ditebarkan-Nya ke atas alam semesta, dan itu sudah cukup menanamkan kecintaan di hati para ibu kepada anak-anaknya sehingga seekor induk kuda mengangkat kakinya agar tak menginjak anaknya. seekor ayam betina mengembangkan sayapnya agar anak-anaknya berlindung di bawahnya".

Sayangnya sebagian hamba-hamba-Nya beribadah karena takut kepada Allah SWT, hanya karena gentar akan kedahsyatan Allah bukan karena keindahan yang memesona dari Allah Swt, bukan berarti mengesampingkan/mengabaikan penampilan Allah Swt dalam segenap kedahsyatannya (dan tak ada yang dapat menampilkan Allah kecuali diri-Nya sendiri), tapi bahwa segenap kedahsyatan Allah itu (kemurkaan, janji balasan-Nya terhadap kejahatan makhluk) merupakan bagian dari kecintaan-Nya kepada makhluk.

Hubungan cinta kasih antara Tuhan dan manusia, antara khaliq dan mahluq, antara Ma'bud dan Abid, menjadikan keakuan dan nafsu-nafsu duniawi telah sirna oleh mujahadah (melawan godaan nafsu) jiwa yang telah tersucikan di dalam Allah, kembali lebur dan tetap tinggal di dalam-Nya. Hubungan ini seperti ini merupakan puncak perjalanan spritual manusia kembali ke Allah SWT.

Beribadahlah karena cinta…. 
Cinta akan menumbuhkan rasa ikhlas yang mendalam, layaknya seseorang yang rela melakukan sesuatu hal untuk memenuhi keinginan sang kekasih.
Selama ini, kita sadari bahwa kita beribadah kepada Allah Swt, seperti seorang budak yang ketakutan, atau seperti pedagang yang selalu menghitung imbalan dan yang lebih parahnya hanya untuk menggugurkan kewajiban. 

Kalau saya boleh berkata, bahwa hal ini disebabkan kita selalu mengedepankan pemahaman akan aspek Jalâl Allah yaitu Keagungan, Kehebatan, Kedahsyatan yang mencekam dan menggentarkan, yang membuat kita takut pada Allah Swt dan tentunya akan menimbulkan kesan angker pada Islam. 

Jamâl yang artinya keindahan dan kecantikan yang memesonakan, yang dapat menimbulkan cinta kasih, sangat jarang dibahas. Padahal seharusnya Jamâl dari Allah Swt harus kita kedepankan.

Tentu kita ingat hadis yang meriwayatkan Nabi Muhammad Saw, melaksanakan shalat hingga kakinya menjadi bengkak, padahal ia sudah dijamin Allah Swt akan masuk surga, artinya ia shalat bukan karena takut akan murka (Jalâl )Allah, tetapi karena kecintaannya (Jamâl) kepada Allah Swt. 

Puncak hubungan (ibadah) antara manusia dengan Allah Swt, harus ditandai dengan kecintaan kepada Allah, dan tentunya akan berimbas pada hubungan antar sesama manusia yaitu kepedulian sosial tinggi, saling membantu dan saling menebarkan salam yang pada akhirnya akan membuktikan Islam Rahmatan Lil' alamin.


diambil dari tulisan big2besar From : Forumbebas.com

Tidak ada komentar: